Insomnia

Malam masih saja begini, aku terbaring sendiri ditempatku biasanya.. hanya sebuah kasur tebal namun mungkin tak senyaman milik kalian. TV didepanku masih menyala berbicara entah cerita apa yang dikisahkannya, mungkin karena aku terlalu asyik menulis ini atau lebih tepatnya kubiarkan dia berbicara sendiri karena aku tidak ingin ruangan ini terlalu sepi untuk kurasakan sendiri.

TV nya didepan sob, gag keliatan, kasurnya udah dijual juga


Tulisan inipun kubuat bukan tanpa alasan, berharap seseorang akan membaca lalu mengerti tentang apa yang sekarang kurasakan. Berlebihan memang jika yang kuharap itu seseorang yang memang benar-benar aku fikirkan sekarang, karena yang kutahu keberadaanku ini sangat sulit diakui olehnya.
23.38 malam, suara binatang malam diluar seperti alunan symphony Beethoven dengan nada rendah yang hanya bisa diresapi dengan posisi mengheningkan cipta seperti saat upacara bendera, akupun sesekali melihat kesekitar berharap Tuhan akan datang dengan wujud seorang wanita bergaun hijau bermahkota emas berjalan semampai lalu mencakupkan dua tangannya dikeningku seraya berkata,"apa yang kau fikirkan hingga selarut ini engkau belum terlelap..". Heee heee..

andai saja dia datang padaku

Apa fikiranku mulai mainstream dalam mendefinisikan sesuatu ? gelombang otak berapa heartz yang kualami saat ini,,? Aku bisa saja mencoba memejamkan mataku saat ini juga, tapi aku tak menjamin akan tertidur dalam rentan waktu 3 jam setelahnya, percayalah.. aku pernah merasakan memaksa untuk tidur selama 5 jam namun hal-hal naif yang justru muncul dalam fikiran.
Insomnia, kata itu terdengar klasik ditelingaku.. aku lebih suka menyebut ini semua "lonelly effect" saja.. hingga guling dan bantal ingin sekali kuajak bicara.

aku bukannya galau, tapi merasa dikecewakan dunia.. itu saja.

Lalu seperti biasanya, ditiap malam sebelumnya, aku berfikir mungkin nanti akan ada takdir indah dari Tuhan Yang Maha Esa untuk mempertemukanku dengan seseorang yang bisa membuatku bahagia di 7 lapis dunia dan 7 lapis akhirat, karena biarpun seperti ini aku juga adalah Manusia Yang Adil dan Beradab yang selalu menjujung nilai Persatuan Indonesia, juga Berkerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmah Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan. Bukankan Tuhan itu Maha Adil Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Yang jelas, cerita Tutur Tinular yang beredar di film itu nyatanya benar adanya. Kamandanu pun harus galau berkali-kali baru bisa jadi sesakti itu, dan akhirnya menikah dengan Mei Shin dan berpetualang dengan Sakawuni.

Beginilah sebenarnya

Alam itu tak pernah berbohong dengan hukum-hukumnya. Dari alam dan kesendirian ini aku ditempa menjadi pribadi yang penuh motivasi dan berimajinasi super tinggi, mungkin bawaan sifat zodiak Aquarius yang cenderung penyendiri, memberontak, dan selalu ingin keluar jalur pada hal yang biasa, aku mencari jalan untuk selalu menjadi luar biasa. Sebatang rokok dan secangkir kopi pun sudah biasa menemani, tentunya sambil menunggu seseorang yang nun jauh disana, dipuncak gunung Ratawu dilembah harapan sedang menunggu pertemuan antara aku dan dia nantinya.

Heheheeee.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Melihat Wajah Tuhan

8 Sajak Cahaya Samar

Dunia 5 benua dan 1 cinta